,

Punia Digital: Dari Kotak Kayu ke Kode QR

Di sejumlah pura di Bali, tradisi mepunia (menyumbang dana sukarela untuk pura) yang selama ini dilakukan dengan menyelipkan uang ke dalam kotak kayu atau kaca, kini perlahan bergeser ke sistem digital. Cukup membuka aplikasi dompet digital dan memindai QRIS, siapa pun bisa berdonasi dalam hitungan detik. Bahkan di Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, teknologi ini telah digunakan.

Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiartha mengatakan, penggunaan QRIS membawa manfaat, terutama dalam pengelolaan dana. “Ketika punia masuk lewat QRIS, langsung tercatat dan dana tersebut sangat membantu, terutama ketika ada upacara atau kegiatan keagamaan, seperti aci-aci atau perehaban kecil,” ungkapnya.

Kode QRIS dana punia di Pura Batur. Sumber foto: Dede Putra Wiguna

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) merupakan standar kode QR nasional yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk memfasilitasi pembayaran digital. QRIS menyederhanakan berbagai metode pembayaran digital menjadi satu sistem terpadu, sehingga memudahkan transaksi secara cepat dan efisien.

Kehadiran QRIS di pura bukan sekadar mengikuti perkembangan, tetapi juga efisiensi dan transparansi. Bagi pengurus pura, pencatatan dana punia kini lebih rapi dan mudah diaudit. Administrasi keuangan tidak lagi bergantung pada kotak kayu atau kaca yang harus dibuka secara berkala. Sebagian umat dimudahkan dengan inovasi QRIS. kini umat tidak perlu membawa uang tunai atau mencari receh di tengah keramaian odalan.

Kendati demikian, penggunaan teknologi ini juga menghadirkan tantangan. Bagi sebagian umat, terutama yang masih memegang erat nilai-nilai kesakralan ruang suci, penempatan QRIS di area pura dianggap tidak sesuai. Kemudian, terkait dengan akses internet yang tidak merata di lokasi pura, juga menjadi kendala. Selain itu, tak semua kalangan bisa menggunakannya. Terutama yang lanjut usia atau yang tidak akrab dengan teknologi dompet digital.

Mengutip dari laman resmi Bank BPD Bali, hingga saat ini tercatat lebih dari 400 pura di Bali telah menerapkan QRIS sebagai sarana medana punia. Beberapa di antaranya termasuk Pura Besakih, Pura Batur, Pura Candi Narmada, Pura Griya Anyar Tanah Kilap, Pura Dang Kahyangan Petitenget, dan Pura Jagatnatha di Singaraja.

Sementara itu, data dari Bank Indonesia menunjukkan, hingga Maret 2025, pengguna QRIS di Bali telah mencapai 1.09 juta dengan volume transaksi sebanyak 28 juta transaksi senilai Rp2,74 triliun. Adapun jumlah merchant QRIS di Bali kini mencapai 959 ribu, dengan sebaran terbanyak di Denpasar dan Badung, terutama di sektor UMKM. Data tersebut menunjukkan bahwa digitalisasi telah merambah hampir seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari pasar tradisional hingga pelataran pura, dari warung kopi hingga tempat pemujaan. QRIS bukan lagi sekadar alat transaksi, melainkan telah menjadi wajah baru dari dinamika sosial dan spiritual masyarakat Bali masa kini.

Umat berdana punia di Pura Batur. Sumber foto: Dede Putra Wiguna

Mengutip dari Manawa Dharmasastra IV.226: “Hendaknya tidak jemu-jemunya ia medana punia dengan memberikan hartanya dan mempersembahkan sesajen dengan penuh keyakinan. Memperoleh harta dengan cara yang benar dan didermakan akan memperoleh tempat tertinggi (moksa).”

Makna punia sejatinya tidak berubah hanya karena medium yang digunakan. Yang terpenting adalah keyakinan, niat, dan kemurnian hati dalam memberi. Teknologi tetap bisa berdampingan dengan tradisi, selama ia dihadirkan dengan pertimbangan matang dan penghormatan terhadap tatanan adat. Intinya adalah bagaimana menjaga keseimbangan. Pura tetap menjadi tempat suci dan QRIS tetap menjadi alat bantu, dengan catatan, selama esensi di balik bentuknya tetap dijaga.

Foto cover: Kode QRIS dana punia di Pura Besakih. Sumber foto: Dede Putra Wiguna
Penulis kontributor: I Wayan Dede Putra Wiguna
Penyunting: I Made Indra Cipta Widhiastra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *